PEMBELAJARAN PAIKEM
Tugas
Mata Kuliah Pembelajaran Inovatif II
Dosen
Pengampu Mata Kuliah : Lestariningsih, S.Pd, M.Pd
Oleh
:
Inuk Hidayati
Inuk Hidayati
Matematika
(2013/A)
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP)
PGRI SIDOARJO
2015/2016
PEMBELAJARAN PAIKEM
Para ahli pendidikan berpendapat bahwa proses
pembelajaran di sekolah sampai saat ini cenderung berpusat kepada guru. Tugas
guru adalah menyampaikan materi-materi dan siswa diberi tanggung jawab untuk
menghafal semua pengetahuan. Memang pembelajaran yang berorientasi target
penguasaan materi terbukti berhasil dalam kompetisi mengingat dalam jangka
pendek, tetapi gagal dalam membekali anak memecahkan masalah dalam kehidupan
jangka panjang.
Belajar akan lebih bermakna jika anak mengalami apa yang
mereka pelajari bukan mengetahuinya, oleh karena itu para pendidik telah
berjuang dengan segala cara dengan mencoba untuk membuat apa yang dipelajari
siswa disekolah agar dapat dipergunakan dalam kehidupan mereka sehari-hari.
Salah satu prinsip paling penting dari psikologi
pendidikan adalah guru tidak boleh semata-mata memberikan pengetahuan kepada
siswa. Siswa harus membangun pengetahuan di dalam benaknya sendiri. Guru dapat
membantu proses ini dengan cara-cara mengajar yang membuat informasi menjadi
sangat bermakna dan sangat relevan bagi siswa, dengan memberikan ide-ide, dan
dengan mengajak siswa agar menyadari dan menggunakan sendiri ide-ide, dan
mengajak siswa agar menyadari dan menggunakan strategi-strategi mereka sendiri
dalam belajar. Guru dapat memberikan kepada siswa tangga yang dapat membantu
mereka mencapai tingkat pemahaman yang lebih tinggi, tetapi harus di upayakan
sendiri siswa yang memanjat tangga itu.
Tingkat pemahaman siswa menurut model Gagne (1985) dapat
dikelompokan menjadi delapan tipe belajar, yaitu: (1) belajar isyarat, (2)
stimulus-respon, (3) rangkaian gerak, (4) rangkaian verbal, (5) membedakan, (6)
pembentukan konsep, (7) pembentukan aturan dan (8) pemecahan masalah (problem
solving).
Di lihat dari urutan belajar, belajar pemecahan
masalah adalah tipe belajar paling tinggi karena lebih kompleks, Dalam tipe
belajar pemecahan masalah, siswa berusaha menyeleksi dan menggunakan
aturan-aturan yang telah dipelajari terdahulu untuk membuat formulasi pemecahan
masalah. Lebih jauh Gagne (1985) mengemukakan bahwa kata-kata seperti penemuan (discovery)
dan kreatifitas (creativity) kadang-kadang diasosiasikan sebagaii
pemecahan masalah.
Pendekatan pembelajaran kontekstual (Contextual
Teaching and Learning /CTL), Pembelajaran Pembelajaran Terpadu , Pembelajaran
Inkuiri dengan menggunakan metode pembelajaran berbuat seperti: kerja kelompok,
eksperimen, pengamatan, penelitian sederhana, pemecahan masalah, dan
pembelajaran praktik dengan dikombinasikan dengan metode ekspositori seperti
ceramah, tanya jawab dan demonstrasi adalah pendekatan pembelajaran yang
karakteristiknya memenuhi harapan itu. Pendekatan atau model-model pembelajaran
tersebut menjadi tumpuan harapan para
ahli pendidikan dan pengajaran dalam upaya menghidupkan kelas secara optimal.
Kelas yang hidup diharapkan dapat mengimbangi perubahan yang terjadi di luar
sekolah yang demikian cepat.
Setiap pendekatan memiliki ciri-ciri dasar atau
karakteristik sendiri. Karakteristik ini berhubungan dengan apa yang menjadi
fokus dan mendapat tekanan dalam pembelajaran. Ada pendekatan pembelajaran yang
berfokus pada siswa yang meliputi perkembangan, kemampuan berpikir, aktivitas,
pengalaman siswa. Pendekatan pembelajaran berfokus pada guru yang meliputi
fungsi, peran, dan aktivitas guru. Pendekatan pembelajaran berfokus pada
masalah meliputi masalah personal, sosial, lingkungan, atau pendekatan
pembelajaran yang berfokus pada teknologi, sistem instruksional, sistem
informasi, media, sumber belajar, dll.
Pendekatan dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut
pandang kita terhadap proses pembelajaran. Istilah pendekatan merujuk pada
pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum. Oleh
karenanya strategi dan metode pembelajaran yang digunakan dalam pembelajaran
tergantung pada pendekatannya. Hal ini sesuai dengan Permendiknas Nomor 41
Tahun 2007 tentang Standar Proses untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah
yang menyatakan bahwa dalam kegiatan inti pembelajaran merupakan proses untuk
mencapai Kompetensi Dasar (KD) yang harus dilakukan secara interaktif,
inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk
berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa,
krativitas, dan kemadirian sesuai denganbakat, minat, dan perkembangan fisik
dan psikologis peserta didik. Kegiatan
pembelajaran ini dilakukan secara sistematis dan sistemik melalui proses
eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi.
1.
Belajar dan
Pembelajaran
Belajar
dan pembelajaran merupakan konsep yang saling berkaitan. Belajar merupakan
proses perubahan tingkah laku akibat interaksi dengan lingkungan. Proses
perubahan tingkah laku merupakan upaya yang dilakukan secara sadar berdasarkan
pengalaman ketika berinteraksi dengan lingkungan. Pola tingkah laku yang
terjadi dapat dilihat atau diamati dalam bentuk perbuatan reaksi dan sikap
secara mental dan fisik.
Tingkah
laku yang berubah sebagai hasil proses pembelajaran mengandung pengertian luas,
mencakup pengetahuan, pemahaman, sikap, dan sebagainya. Perubahan yang terjadi
memiliki karakteristik: (1) perubahan terjadi secara sadar, (2) perubahan dalam
belajar bersifat sinambung dan fungsional, (3) tidak bersifat sementara, (4)
bersifat positif dan aktif, (5) memiliki arah dan tujuan, dan (6) mencakup
seluruh aspek perubahan tingkah laku, yaitu pengetahuan, sikap, dan perbuatan.
Keberhasilan
belajar peserta didik dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor
internal, yaitu kondisi dalam proses belajar yang berasal dari dalam diri
sendiri, sehingga terjadi perubahan tingkah laku. Ada beberapa hal yang
termasuk faktor internal, yaitu: kecerdasan, bakat (aptitude), keterampilan
(kecakapan), minat, motivasi, kondisi fisik, dan mental.
Faktor
eksternal, adalah kondisi di luar individu peserta didik yang mempengaruhi belajarnya. Adapun yang
termasuk faktor eksternal adalah:
lingkungan sekolah, keluarga dan masyarakat (keadaan sosio-ekonomis,
sosio kultural, dan keadaan masyarakat).
Pada
hakikatnya belajar dilakukan oleh siapa saja, baik anak-anak maupun manusia
dewasa. Pada kenyataannya ada kewajiban bagi manusia dewasa atau orang-orang
yang memiliki kompetensi lebih dahulu agar menyediakan ruang, waktu, dan
kondisi agar terjadi proses belajar pada anak-anak. Dalam hal ini proses
belajar diharapkan terjadi secara optimal pada peserta didik melalui cara-cara
yang dirancang dan difasilitasi oleh guru di sekolah. Dengan demikian
diperlukan kegiatan pembelajaran yang disiapkan oleh guru.
Pembelajaran
merupakan seperangkat tindakan yang dirancang untuk mendukung proses belajar peserta
didik, dengan memperhitungkan kejadian-kejadian eksternal yang berperanan
terhadap rangkaian kejadian-kejadian internal yang berlangsung di dalam peserta
didik (Winkel, 1991).
Pengaturan
peristiwa pembelajaran dilakukan secara seksama dengan maksud agar terjadi
belajar dan membuat berhasil guna (Gagne, 1985). Oleh karena itu pembelajaran
perlu dirancang, ditetapkan tujuannya sebelum dilaksanakan, dan dikendalikan
pelaksanaannya (Miarso, 1993)
Proses
pembelajaran yang berhasil guna memerlukan teknik, metode, dan pendekatan
tertentu sesuai dengan karakteristik tujuan, peserta didik, materi, dan sumber
daya. Sehingga diperlukan strategi yang tepat dan efektif.
Strategi
pembelajaran merupakan suatu seni
dan ilmu untuk membawa
pembelajaran sedemikian rupa sehingga tujuan yang telah ditetapkan dapat
dicapai secara efesien dan efektif (T. Raka Joni, 1992). Cara-cara yang dipilih
dalam menyusun strategi pembelajaran meliputi sifat, lingkup dan urutan
kegiatan yang dapat memberikan pengalaman belajar kepada peserta didik (Gerlach
and Ely). Strategi belajar mengajar tidak hanya terbatas pada prosedur dan
kegiatan, melainkan juga termasuk di dalamnya materi pengajaran atau paket
pengajarannya (Dick and Carey).
Faktor
yang memengaruhi proses pembelajaran terdiri dari faktor internal dan
eksternal. Faktor internal adalah faktor-faktor yang berkaitan dengan pribadi
guru sebagai pengelola kelas. Guru harus dapat melaksanakan proses
pembelajaran, oleh sebab itu guru harus memiliki persiapan mental, kesesuaian
antara tugas dan tanggung jawab, penguasaan bahan, kondisi fisik, dan motivasi
kerja.
Faktor
eksternal adalah kondisi yang timbul atau datang dari luar pribadi guru, antara
lain keluarga dan lingkungan pergaulan di masyarakat. Faktor lingkungan, yang
dimaksud adalah faktor lingkungan alam, lingkungan sosial, dan lingkungan
sekolah.
Berdasarkan
pendekatan yang digunakan, secara umum ada dua strategi pembelajaran yaitu
strategi yang berpusat pada guru (teacher
centre oriented) dan strategi yang berpusat pada peserta didik (student centre oriented). Pendekatan
pembelajaran yang berpusat pada guru menggunakan strategi ekspositori,
sedangkan pendekatan pembelajaran yang berpusat pada peserta didik menggunakan
strategi diskoveri inkuiri (discovery
inquiry).
Pemilihan
strategi ekspositori atau diskoveri inkuiri dilakukan atas pertimbangan
karakteristik kompetensi yang menjadi tujuan yang terdiri dari sikap,
pengetahuan dan keterampilan, serta karakteristik peserta didik dan sumber daya
yang dimiliki. Oleh karena itu tidak ada strategi yang tepat untuk semua
kondisi dan karakteristik yang dihadapi. Guru diharapkan mampu memilah dan
memilih dengan tepat strategi yang digunakan agar hasil pembelajaran efektif
dan maksimal.
Pemilihan
strategi ekspositori dilakukan atas pertimbangan:
a. karakteristik
peserta didik dengan kemandirian belum memadai;
b. sumber
referensi terbatas;
c. jumlah
pesera didik dalam kelas banyak;
d.
alokasi
waktu terbatas; dan
e.
jumlah
materi (tuntutan kompetensi dalam aspek pengetahuan) atau bahan banyak.
Langkah-langkah yang dilakukan pada strategi ekspositori
adalah sebagai berikut.
a.
Preparasi,
guru menyiapkan bahan/materi pembelajaran
b.
Apersepsi
diperlukan untuk penyegaran
c.
Presentasi
(penyajian) materi pembelajaran
d.
Resitasi,
pengulangan pada bagian yang menjadi kata kunci kompetensi atau materi
pembelajaran.
Pemilihan strategi diskoveri
inkuiri dilakukan atas pertimbangan:
a.
karakteristik
peserta didik dengan kemandirian cukup memadai;
b.
sumber
referensi, alat, media, dan bahan cukup;
c.
jumlah
peserta didik dalam kelas tidak terlalu banyak;
d.
materi
pembelajaran tidak terlalu luas; dan
e.
alokasi
waktu cukup tersedia.
Langkah-langkah yang dilakukan pada strategi diskoveri inkuiri adalah sebagai
berikut.
a.
Guru
atau peserta didik mengajukan dan merumuskan masalah
b.
Merumuskan
logika berpikir untuk mengajukan hipotesis atau jawaban sementara
c.
Merumuskan
langkah kerja untuk memperoleh data
d.
Menganalisis
data dan melakukan verifikasi
e.
Melakukan
generalisasi
Strategi ekspositori lebih mudah bagi guru namun kurang
melibatkan aktivitas peserta didik. Kegiatan pembelajaran berupa instruksional
langsung (direct instructional) yang
dipimpin oleh guru. Metode yang digunakan adalah ceramah atau presentasi,
diskusi kelas, dan tanya jawab. Namun demikian ceramah atau presentasi yang
dilakukan secara interaktif dan menarik dapat meningkatkan keterlibatan peserta
didik dalam pembelajaran.
Strategi diskoveri
inkuiri memerlukan persiapan yang sungguh-sungguh, oleh karena itu
dibutuhkan kreatifitas dan inovasi guru agar pengaturan kelas maupun waktu
lebih efektif. Kegiatan pembelajaran berbentuk Problem Based Learning yang difasilitasi oleh guru. Strategi ini
melibatkan aktivitas peseserta didik yang tinggi. Metode yang digunakan adalah
observasi, diskusi kelompok, eksperimen, ekplorasi, simulasi, dan sebagainya.
2.
PAIKEM Sebagai Model Pembelajaran Berbasis Kompetensi
PAIKEM adalah singkatan dari Pembelajaran Aktif,
Inspiratif/Interaktif/Inovatif, Kritis /Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan.
Dalam PAIKEM digunakan prinsip-prinsip pembelajaran berbasis kompetensi.
Pembelajaran berbasis kompetensi adalah pembelajaran yang dilakukan dengan
orientasi pencapaian kompetensi peserta didik. Sehingga muara akhir hasil
pembelajaran adalah meningkatnya kompetensi peserta didik yang dapat diukur
dalam pola sikap, pengetahuan, dan keterampilannya.
Prinsip pembelajaran berbasis kompetensi adalah sebagai
berikut:
a.
Berpusat
pada peserta didik agar mencapai kompetensi yang diharapkan. Peserta didik
menjadi subjek pembelajaran sehingga keterlibatan aktivitasnya dalam
pembelajaran tinggi. Tugas guru adalah mendesain kegiatan pembelajaran agar
tersedia ruang dan waktu bagi peserta didik belajar secara aktif dalam mencapai
kompetensinya.
b.
Pembelajaran
terpadu agar kompetensi yang dirumuskan dalam KD dan SK tercapai secara utuh.
Aspek kompetensi yang terdiri dari sikap, pengetahuan, dan keterampilan
terintegrasi menjadi satu kesatuan.
c.
Pembelajaran
dilakukan dengan sudut pandang adanya keunikan individual setiap peserta didik.
Peserta didik memiliki karakteristik, potensi, dan kecepatan belajar yang
beragam. Oleh karena itu dalam kelas dengan jumlah tertentu, guru perlu
memberikan layanan individual agar dapat mengenal dan mengembangkan peserta
didiknya.
d.
Pembelajaran
dilakukan secara bertahap dan terus menerus menerapkan prinsip pembelajaran
tuntas (mastery learning) sehingga
mencapai ketuntasan yang ditetapkan. Peserta didik yang belum tuntas diberikan
layanan remedial, sedangkan yang sudah tuntas diberikan layanan pengayaan atau
melanjutkan pada kompetensi berikutnya.
e.
Pembelajaran
dihadapkan pada situasi pemecahan masalah, sehingga peserta didik menjadi
pembelajar yang kritis, kreatif, dan mampu memecahkan masalah yang dihadapi.
Oleh karena itu guru perlu mendesain pembelajaran yang berkaitan dengan
permasalahan kehidupan atau konteks kehidupan peserta didik dan lingkungan. Berpikir
kritis adalah kecakapan nalar secara teratur, kecakapan sistematis dalam
menilai, memecahkan masalah, menarik keputusan, memberi keyakinan, menganalisis
asumsi dan pencarian ilmiah. Berpikir kreatif adalah suatu kegiatan
mental untuk meningkatkan kemurnian (originality) dan ketajaman
pemahaman (insigt) dalam mengembangkan sesuatu (generating).
Kemampuan memecahkan masalah (problem solving) adalah kemampuan tahap
tinggi siswa dalam mengatasi hambatan, kesulitan maupun ancaman. Metode problem solving (metode pemecahan
masalah) bukan hanya sekedar metode mengajar tetapi juga merupakan suatu metode
berpikir, sebab dalam problem solving
dapat menggunakan metode-metode lainnya dimulai dengan mencari data sampai
kepada menarik kesimpulan.
f.
Pembelajaran
dilakukan dengan multi strategi dan multimedia sehingga memberikan pengalaman
belajar beragam bagi peserta didik.
Pembelajaran berbasis PAIKEM membantu siswa
mengembangkan kemampuan berpikir tahap tinggi, berpikir kritis dan berpikir
kreatif (critical dan creative thinking). Berpikir kritis adalah suatu
kecakapan nalar secara teratur, kecakapan sistematis dalam menilai, memecahkan
masalah menarik keputusan, memberi keyakinan, menganalisis asumsi dan pencarian
ilmiah. Berpikir kreatif adalah suatu kegiatan mental untuk meningkatkan
kemurnian (orginality), ketajaman pemahaman (insigt) dalam
mengembangkan sesuatu (generating). Kemampuan memecahkan masalah
merupakan kemampuan berpikir tingkat tinggi.
Dalam pembelajaran pemecahan masalah, siswa secara
individual atau kelompok diberi tugas untuk memecahkan suatu masalah. Jika
memungkinkan masalah diidentifikasi dan dipilih oleh siswa sendiri, dan
diidentifikasi hendaknya yang penting dan mendesak untuk diselesaikan
serta sering dilihat atau diamati oleh
siswa sendiri, umpamanya masalah kemiskinan, kejahatan, kemacetan lalu lintas,
pembusukan makanan, wabah penyakit, kegagalan panen, pemalsuan produk, atau
soal-soal dalam setiap mata pelajaran yang membutuhkan analisis dan pemahaman
tingkat tinggi, Dsb.
Sesuai dengan singkatan PAIKEM, maka
pembelajaran yang berfokus pada siswa, makna, aktivitas, pengalaman dan
kemandirian siswa, serta konteks kehidupan dan lingkungan ini memiliki 4 ciri
yaitu: mengalami, komunikasi,
interaksi dan refleksi.
1.
Mengalami
(pengalaman belajar) antara lain:
·
Melakukan
pengamatan
·
Melakukan percobaan
·
Melakukan
penyelidikan
·
Melakukan
wawancara
·
Siswa belajar banyak melalui berbuat
·
Pengalaman langsung mengaktifkan banyak
indera.
2.
Komunikasi,
bentuknya antara lain:
·
Mengemukakan
pendapat
·
Presentasi
laporan
·
Memajangkan
hasil kerja
·
Ungkap gagasan
3.
Interaksi, bentuknya
antara lain:
·
Diskusi
·
Tanya jawab
·
Lempar lagi
pertanyaan
o
Kesalahan makna
berpeluang terkoreksi
o
Makna yang
terbangun semakin mantap
o
Kualitas hasil
belajar meningkat
4.
Kegiatan Refleksi
yaitu memikirkan kembali apa yang diperbuat/dipikirkan.
·
mengapa
demikian?
·
apakah hal itu
berlaku untuk …?
·
Untuk perbaikan
gagasan/makna
·
Untuk tidak
mengulangi kesalahan
·
Peluang lahirkan
gagasan baru
Dari karakteristik PAIKEM tersebut, maka guru perlu
memberikan dorongan kepada siswa untuk menggunakan otoritas atau haknya dalam
membangun gagasan. Tanggung jawab belajar, memang berada pada diri siswa,
tetapi guru bertanggung jawab dalam memberikan situasi yang mendorong prakarsa,
motivasi, perhatian, persepsi, retensi, dan transfer dalam belajar, sebagai
bentuk tanggung jawab siswa untuk belajar sepanjang hayat.
Pendekatan pembelajaran yang sesuai dengan
karakteristik PAIKEM antara lain adalah pembelajaran kotekstual (CTL),
Pembelajaran Terpadu (Tematik, IPA Terpadu, IPS Terpadu), Pembelajaran berbasis
TIK (ICT), Pembelajaran Pengayaan dengan menggunakan berbagai strategi
antara lain dengan Lesson Study.
Sebagai tahapan strategis pencapaian kompetensi,
kegiatan PAIKEM perlu didesain dan dilaksanakan secara efektif dan efisien
sehingga memperoleh hasil maksimal. Berdasarkan panduan penyusunan KTSP (KTSP),
kegiatan pembelajaran terdiri dari kegiatan tatap muka, kegiatan tugas
terstruktur, dan kegiatan mandiri tidak terstruktur. Sekolah standar, beban
belajarnya dinyatakan dalam jam pelajaran ditetapkan bahwa satu jam pelajaran
tingkat SMA/SMK terdiri dari 45 menit, SMP terdiri dari 40 menit, dan untuk SD
terdiri dari 35 menit tatap muka untuk
Tugas Terstruktur dan Kegiatan Mandiri Tidak Terstruktur. Dalam hal ini guru perlu mendesain kegiatan pembelajaran
tatap muka, tugas terstruktur dan kegiatan mandiri.
1.
Kegiatan Tatap Muka
Untuk kegiatan tatap muka dilakukan dengan strategi
bervariasi baik ekspositori maupun diskoveri inkuiri. Metode yang digunakan
seperti ceramah interaktif, presentasi, diskusi kelas, diskusi kelompok,
pembelajaran kolaboratif dan kooperatif, demonstrasi, eksperimen, observasi di
sekolah, ekplorasi dan kajian pustaka atau internet, tanya jawab, atau
simulasi. Tapi jika sudah ada sekolah yang menerapkan sistem SKS, maka kegiatan
tatap muka lebih disarankan dengan strategi ekspositori. Namun demikian tidak menutup
kemungkinan menggunakan strategi diskoveri
inkuiri. Metode yang digunakan seperti ceramah interaktif, presentasi,
diskusi kelas, tanya jawab, atau demonstrasi.
2. Kegiatan
Tugas terstruktur
Bagi sekolah yang menerapkan sistem paket, kegiatan tugas
terstruktur tidak dicantumkan dalam jadwal pelajaran namun dirancang oleh guru
dalam silabus maupun RPP (Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran). Oleh karena itu
pembelajaran dilakukan dengan strategi diskoveri inkuiri. Metode yang digunakan
seperti penugasan, observasi lingkungan, atau proyek.
Kegiatan tugas terstruktur merupakan kegiatan
pembelajaran yang mengembangkan kemandirian belajar peserta didik, peran guru
sebagai fasilitator, tutor, teman belajar. Strategi yang disarankan adalah diskoveri inkuiri dan tidak disarankan
dengan strategi ekspositori. Metode yang digunakan seperti diskusi kelompok,
pembelajaran kolaboratif dan kooperatif, demonstrasi, eksperimen, observasi di
sekolah, ekplorasi dan kajian pustaka atau internet, atau simulasi.
3. Kegiatan
Mandiri Tidak Terstruktur
Kegiatan mandiri tidak terstruktur adalah kegiatan
pembelajaran yang dirancang oleh guru. Strategi pembelajaran yang digunakan
adalah diskoveri inkuiri dengan metode seperti penugasan, observasi lingkungan,
atau proyek.
DAFTAR PUSTAKA
http://www.smkn1pengasih.net/wineto/files/materi/paikem.pdf;
diakses pada 20 maret 2015
Tidak ada komentar:
Posting Komentar