Senin, 20 April 2015

HIMPUNAN


Operasi Himpunan dan Sifat-sifatnya Untuk Menentukan Irisan Dari Dua atau Lebih Himpunan

Oleh
Inuk Hidayati
STKIP SIDOARJO
Abstrak
Dalam jurnal ini membahas tentang operasi himpunan dan sifat-sifatnya untuk menentukan suatu irisan dari dua atau lebih himpunan.  Operasi himpunan itu meliputi beberapa macam. Berdasarkan definisi dari operasi himpunan-operasi himpunan maka diberlakukan sifat-sifatnya. Karena himpunan adalah kumpulan obyek yang memunyai syarat tertentu dan jelas.  Obyek-obyek dalam kumpulan itu dapat berupa benda konkrit atau benda abstrak.  Obyek-obyek ini disebut anggota atau elemen dari himpunan itu.  Syarat tertentu dan jelas dalam menentukan himpunan itu kita dapat membedakan obyek yang merupakan anggota himpunan dan yang bukan anggota himpunan.  Maka operasi himpunan dan sifat-sifatnya untuk menentukan irisan dari dua atau lebih himpunan akan dibahas.
Kata kunci : Operasi himpunan dan sifat-sifatnya untuk menentukan irisan dari dua atau lebih himpunan
 

Pendahuluan

Sejarah teori himpunan, pertama kali ditemukan oleh George Cantor pada akhir abad 19. Georg Cantor (1845-1918) adalah seorang matematikawan asal Jerman keturunan Yahudi. Nama lengkapnya adalah Georg Ferdinand Ludwig Philipp Cantor, Lahir di St Petersburg, Russia 3 Maret 1845 dan meninggal di alle Jerman 6 Januari 1918 tepatnya pada usia 73 tahun. Dia dianggap sebagai bapak teori himpunan karena dialah yang mengembangkan pertama kali cabang matematika ini dan enjadikan teori himpunan menjadi teori fundamental dalam matematika. Begitu pula metode yang digunakan olehnya dalam membuktikan keberadaan suatu himpunan tak hingga. Beliau memberikan suatu contoh tentang berbagai himpunan bagian dari garis riil dengan sifat yang tidak wajar yaitu himpunan Cantor.



Himpunan merupakan konsep dasar dari semua cabang matematika bahkan sudah diperkenalkan dalam pendidikan matematika pada saat sekolah dasar. Himpunan adalah kumpulan obyek yang berbeda yang memunyai syarat dan ketentuan yang sama. Obyek tersebut dapat berupa bilangan, manusia, hewan, tumbuhan, negara dan sebagainya. Obyek-obyek ini selanjutnya dinamakan anggota atau elemen dari himpunan tersebut.  Syarat-syarat yang jelas dalam menentukan anggota suatu himpunan ini sangat penting karena akan membedakan mana yang menjadi anggota himpunan dan mana yang bukan merupakan anggota himpunan.  Dalam matematika, himpunan  adalah  koleksi benda-benda tertentu yang dianggap sebagai satu kesatuan.
PEMBAHASAN

A.    Memahami Pengertian dan Notasi Himpunan

1.      Pengertian Himpunan

Dra.Theresia M.H (1989) menyatakan bahwa secara intuitif, pengertian himpunan adalah kumpulan obyek yang memunyai syarat tertentu dan jelas (kumpulan itu dapat berupa daftar, koleksi, kelas dan lain-lain). Obyek-obyek dalam kumpulan itu dapat berupa benda konkrit atau benda abstrak. Teori himpunan memunyai peranan penting dalam kehidupan. Menurut Sukardi Husen (2013) himpunan adalah kata kelompok, persatuan, ikatan, dan kumpulan memunyai arti yang sama, suatu kumpulan benda dapat dikatakan himpunan jika benda atau objek yang termasuk dalam kumpulan itu diterangkan dengan jelas.

2.      Notasi Himpunan

Himpunan ini biasanya dinyatakan dengan huruf besar seperti; A, B, C, K, X,... dan sebagainya.  Sedang anggota suatu himpunan dinyatakan dengan huruf kecil a, b, c, k, x... dan sebagainya. Menurut T. Taufik (2013)Pelajaran matematika yang dipelajari di tingkat sekolah menengah pertama memunyai beberapa bagian. Himpunan merupakan bagian yang materinya sulit dipahami siswa. Operasi yang digunakannya berbeda dengan operasi pada bilangan yang biasa digunakan sejak dari kelas I sekolah dasar. Penulisan himpunan dengan menggunakan notasi pembentuk.

Ada tiga cara untuk menyatakan suatu himpunan, yaitu:

a.       Dengan mendaftar anggota-anggotanya

Contoh :

S adalah himpunan warna lampu lalu lintas S  = {merah, kuning, hijau}

T adalah himpunan huruf pembentuk kata “matematika”

b.      Dengan menyatakan sifat-sifat yang dipenuhi anggota-anggotanya.

Contoh :

 P = himpunan vokal dalam abjad latin.

 Q = himpunan bilangan cacah ganjil yang kurang dari 10.

c.       Dengan menggunakan notasi pembentuk himpunan

Contoh :

Himpunan L adalah himpunan-himpunan bilangan bulat antara 1 dan 7. Ditulis menjadi : L={xI-1< x < 7, x bilangan bulat}

Himpunan M adalah himpunan bilangan prima kurang dari 23. Ditulis menjadi : M = {y I y < 23, y bilangan prima.

B.     Memahami Konsep Himpunan Bagian

1.      Himpunan Kosong

Himpunan kosong adalah suatu himpunan yang tidak memunyai anggota. Biasanya dinyatakan dengan notasi Ø atau { }.

Contoh : Jika R = {x | x < 1, x C} maka R = {0} atau n(R) = 1. Himpunan R disebut himpunan nol. Anggota himpunan R adalah 0. Jadi, himpunan R bukan merupakan himpunan kosong



2.      Himpunan Semesta

Himpunan semesta adalah suatu himpunan yang memunyai anggota semua obyek yang sedang dibicarakan. Himpunan ini dinyatakan dengan notasi S atau U (S singkatan dari semesta dan U singkatan dari universil).

Untuk memahami pengertian himpunan semesta perhatikan contoh berikut ini:
 
S = { Murid-murid di sekolah }
A = { Murid-murid di kelas }
Ternyata himpunan S memuat semua anggota himpunan A, sehingga himpunan merupakan himpunan semesta dari himpunan A.

3.      Himpunan Berhingga (Finit) dan Himpunan Tak Berhingga (Infinit)
Suatu himpunan dikatakan berhingga (finit) jika himpunan itu beranggotakan elemen-elemen berbeda yang banyaknya tertentu (berhingga). Sedang himpunan tak berhingga (infinit)adalah himpunan yang tidak finit.
Contoh :
H = {a, m, s, t} dan  C = {0, 1, 2, 3, 4, 5, 6}                  
      D = {10, 1, 2, 3} dan B = {..., -2, -1, 0, 1, 2, ...}     
Anggota himpunan H dan C dapat disebut seluruhnya hingga berakhir. Himpunan semacam itu disebut himpunan berhingga. Banyak anggota himpunan H ditulis dangan lambang n (H) sedangkan anggota himpunan D dan B tidak berakhir. Himpunan ini disebut himpunan tak berhingga.

4.      Diagram Venn
Leonhard Euler (1707 – 1783) pertama kali mengembangkan ide diagram yang menggunakan lingkaran untuk mewakili himpunan. Diagramnya disebut diagram Euler. Beliau kemudian mengembangkan lebih lanjut sehingga tercipta diagram seperti yang kita pakai saat ini. Menurut Dra. Theresia M.H (1989), bahwa Diagram venn Euler adalah suatu cara yang sederhana dan mudah untuk menggambarkan relasi antara dua himpunan, yang biasa disebut diagram venn. Daerah dalam kurva tertutup pada diagram ini mewakili obyek-obyek atau anggota-anggota himpunan. Biasanya untuk menyatakan himpunan semesta digunakan bentuk persegi panjang seperti dibawah ini:
Gbr B.4




                                    A C B                                                              A = B
Keterangan Gbr B.4:
A С B adalah himpunan A bagian dari himpunan B   
A = B adalah himpunan A sama dengan himpunan B

C.    Memahami Operasi Himpunan dan Sifat-sifatnya
1.      Irisan
a.       Pengertian irisan
Untuk memahami irisan himpunan,  sebagai contoh yaitu:
A = {1, 2, 3} dan B = {2, 3, 4}
Pada himpunan A dan B, himpunan A yang juga merupakan anggota B, yaitu 2 dan 3. Dikatakan irisan himpunan A dan B = {2, 3}. Untuk selanjutnya kata irisan diganti dengan menggunakan simbol {∩}.
Irisan dari himpunan A dan B, terdapat anggota himpunan A yang menjadi anggota B. Ditulis dengan notasi pembentuk himpunan A ∩ B = {x I x Є A dan x Є B}.
b.      Menentukan irisan
Menentukan irisan dengan dua himpunan sama artinya dengan mencari anggota persekutuan dari dua himpunan tersebut.
Ditentukan :   E = {y I y ≤ 11, y bilangan prima}
F = {z I 2 < z < 8, z bilangan ganjil}
·         Nyatakan himpunan E dan F dengan mendaftar aggota-anggotanya!
·         Tentukan E ∩ F.
Jawab : E = {2, 3, 5, 7, 11} dan F = {3, 5, 7}
  E ∩ F = {3, 5, 7}
                               

(Contoh )Diketahui  A={1, 2, 3, 4}, B={2, 4, 6, 8}, dan C={3, 4, 5, 6} Dalam diagram Venn, (A ∩ B) ∩C = A ∩ (B ∩ C) digambarkan sebagai daerah yang diarsir berikut ini :
1          
          
  
      
                                                 Gbr C.1.2
Keterangan Gbr C.1.2 :
A∩B ={ 2, 4 }, A ∩ C ={ 3, 4 }, B ∩ C ={4, 6}
Jadi,  ( A ∩ B ) ∩ C = { 4 } = A ∩ ( B ∩ C )
















                                                  
2.      Gabungan
Untuk memahami pengertian gabungan  sebagai contoh yaitu:
A = {1, 2, 3} dan B = {3, 4, 5}. Himpunan yang anggotanya terdapat pada A dan B, yaitu {1, 2, 3, 4, 5} disebut gabungan dari himpunan A dan B. Utuk selanjutnya kata gabungan diganti dengan menggunaka simbol {U}, maka himpunan A U B.

3.      Komplemen
Komplemen dari suatu himpunan A (ditulisA’ atau A ͨ ) adalah himpunan anggota-anggota di dalam semesta pembicraan yang bukan anggota A.
Komplemen himpunan A dapat juga didefinisikan sebagai :A’={x/x ϵ s,x ϵ A}
Contoh : Di Semesta Pembicaraan S = {k,e,l,u,a,r,g,a} dan K = {huruf vokal}, maka K ͨ = {k,l,r,g}.

4.      Selisih Dua Himpunan (Difference)
Selisih dua himpunan A dan B sama dengan irisan A dan himpunan B’:A – B=A∩B’. Selisih dua himpunan A dan B dapat didefinisikan sebagai:
A – B = { x/x ϵ A, x ϵ B} = {x/x ϵ A, x ϵ B’} = A ∩ B’.
Contoh : Jika P = { 1,2,3,4,} dan Q = {1,5,3,6,7} maka P – Q = {1,3}

5.      Jumlah Dua Himpunan (Symmetry Difference)
Jumlah dua himpunan A dan B (ditulis A + B) adalah himpunan anggota-anggota A atau B tetapi bukan anggota persekutuan dari himpunan A dan B.
Definisi A jumlahan B dabat ditulis sebagai :A+B= {x/x ϵ (AUB), x ϵ (A∩B)}
Contoh : Jika W = { c,a,n,t,i,k } dan V = {t,i,k,a,r} maka M + N = {c,n}

6.      Sifat-sifat Operasi Himpunan
Berdasarkan  pendapat dari (Setiadji, 2009) bahwa definisi-definisi dari operasi himpunan di atas, maka diberlakukan sifat-sifat di bawah ini :
a.       Komutatif, yaitu A U B = B U A 
                                              A ∩ B = B ∩ A
b.      Assosiatif, yaitu ( A U B ) U C = A U ( B U C )
                                       ( A ∩ B ) ∩ C = A ∩ ( B ∩ C )
c.       Idempoten, yaitu A U A = A dan  A ∩ A = A
d.      Identitas, yaitu A U U = U; A U Ø= A  
                                     A ∩ U = A; A ∩ Ø = Ø
e.       Distributif, yaitu A U ( B ∩ C ) = (A U B) ∩ (A U C )
                                              A ∩ (B U C ) = ( A ∩ B ) U ( A ∩ C)
f.       Komplementer ,yaitu A U A’ = U dan  A ∩ A’ = Ø
g.      De Morgan, yaitu ( A U B )’ = A’ ∩ B’  dan ( A ∩ B )’ = A’ U B’
h.      Penyerapan, yaitu A U ( A ∩ B ) = A dan  A ∩ ( A U B ) = A
PENUTUP

Pada Akhir-akhir ini, teori himpunan mendapatkan perhatian khusus dalam pengajaran matematika, karena setiap cabang matematika berkaitan erat dan termasuk di dalam teori himpunan.  Cabang matematika yang berbeda-beda berkembang menjadi satu kesatuan dalam teori himpunan. Dari definisi, bagian, konsep,  operasi,  dan sifat-sifat suatu himpunan, saya menyimpulkan bahwa suatu himpunan yang memunyai kumpulan benda-benda konkret atau abstrak.

Dalam pembelajaran matematika hendaknya memberikan kesempatan yang luas kepada siswa untuk terlibat aktif sehingga konsep materi yang dipelajari benar-benar tertanam dan mereka kuasai dengan baik. Pemahaman konsep matematika bagi siswa diperlukan agar mereka tidak hanya dapat menjawab soal-soal rutin dan prosedural saja, akan tetapi siswa mengaplikasikan pengetahuan yang dimilikinya untuk memecahkan masalah matematika yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari. Jadi dapat dikatakan bahwa pemahaman konsep merupakan bagian yang paling penting dalam pembelajaran matematika.

Untuk mencapai pemahaman konsep matematika oleh siswa, bukan suatu hal yang mudah karena pemahaman siswa terhadap suatu konsep matematika bersifat individual. Setiap siswa mempunyai kemampuan yang berbeda dalam pemahaman konsep-konsep matematika. Dalam upaya meningkatkan pemahaman dan hasil belajar siswa terutama pada pelajaran matematika khususnya pada materi himpunan maka dibutuhkan suatu pembelajaran yang menyenangkan, mengajak siswa berinteraksi langsung dengan kehidupan nyata sehingga siswa aktif, kreatif dan akan meningkatkan hasil belajar siswa yang diinginkan.



DAFTAR PUSTAKA

Sumber Buku :
·         Setiadji .2009. Himpunan dan Logika Samar serta Aplikasinya. Yogyakarta: Graha Ilmu.
·         Theresia dan Tirta, Seputro. 1989; PENGANTAR DASAR MATEMATIKA (LOGIKA DAN TEORI HIMPUNAN). Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Jendral Pendidikan  Tinggi, Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan, Jakarta

Sumber Internet :
·         https://serdaducemara.wordpress.com/.../efektifitas-penggunaan-model-pembelajaran- partisipatif.//html. 2013 – oleh Sukardi Husen diakses 1 pebruari 2015
·         T. Taufik 2014. journal.um.ac.id/index.php/jps/article/viewPDFInterstitial/4190/845, diakses 1 Pebruari 2015